Pandangan Al-Attas Sang Pembaharu Mengenai Pendidikan Islam - Kuresensi Media

Pandangan Al-Attas Sang Pembaharu Mengenai Pendidikan Islam

Ilustrasi. Pandangan Al-Attas Sang Pembaharu Mengenai Pendidikan Islam
Ilustrasi resensi buku Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam

KURESENSI MEDIA -
Pendidikan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia secara umum, begitu pula di Indonesia. 

Kita sudah sangat umum mendengar pembagian jenjang sekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtida’iyah (MI), hingga Perguruan Tinggi (PT). 

Seakan telah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mengikutsertakan anaknya di setiap jenjang pendidikan yang ada. 

Tujuannya telah banyak kita ketahui agar sang anak kelak dapat menjadi orang yang pintar, memiliki kehidupan yang lebih baik, dan tentunya meraih cita-cita yang diinginkan.

Baca juga: Belajar Bersabar Dari Film Ranah 3 Warna

Sebagian besar kita melupakan bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan lebih besar dari pada itu. Wan Mohd Nor Wan Daud menulis sebuah buku yang memuat pandangan kritis seorang pemikir Islam bertajuk Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas. 

Seperti tertera dalam judulnya, buku ini dituliskan oleh Wan Mohd untuk menjelaskan perspektif Al-Attas mengenai pendidikan Islam. Buku tersebut menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam termasuk apa itu tujuan pendidikan dalam kacamata Islam.

Riwayat Hidup Singkat Al-Attas

Sebelum lebih jauh mengenai konteks buku yang dituliskan, mari kita sedikit mengenal siapa itu Al-Attas. 

Syed Muhammad Naquib Al-Attas mungkin tak banyak dikenal oleh masyarakat secara umum, tetapi di kalangan akademisi-akademisi Islam dan akademisi yang secara umum pernah membaca karyanya tentu tidak asing dengan tokoh pemikir dan pembaharu Islam tersebut.

Baca juga: Resensi Novel Angan Senja & Senyum Pagi Karya Fahd Pahdepie

Syed M. Naquib Al-Attas bin Ali bin Abdullah bin Muhsin Al-Attas lahir di Bogor, Jawa Barat pada 5 September 1931. Ibunya adalah seorang keturunan ningrat Sunda di Sukapura bernama Syarifah Raquan Al-Aydarus. 

Silsilah keluarganya jika dilacak melalui silsilah sayyid dalam keluarga Ba’Alawi di Hadramaut akan sampai pada Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW.

Al-Attas merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya, Syed Hussein seorang ahli sosiologi dan mantan Wakil Rektor Universitas Malaya. Sedangkan adiknya, Syed Zaid merupakan seorang insinyur kimia dan mantan dosen Institut Teknologi MARA.

Latar belakang keluarganya memberikan pengaruh cukup besar dalam pendidikan dasar Al-Attas.

Baca juga:  Resensi Anime Tate No Yuusha; Memenuhi Peran Sebagai Pahlawan

Dari garis keluarganya di Bogor, beliau memperoleh ilmu-ilmu keislaman. Sedangkan dari keluarganya di Johor, beliau memperoleh pendidikan yang bermanfaat untuk mengembangkan dasar-dasar bahasa, sastra, dan kebudayaan Melayu.

Tujuan Pendidikan Islam

Miris, manakala tujuan pendidikan Islam yang lebih besar telah tergerus oleh berbagai kebutuhan yang hanya berkaitan dengan kehidupan duniawi semata. 

Meski begitu memang tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan duniawi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia begitu saja. 

Namun, upaya penghilangan tujuan pendidikan Islam merupakan bagian dari sekularisasi ilmu yang mana akan berkaitan dengan kehidupan umat secara lebih besar. Maka hal tersebut tidak bisa dianggap sebagai suatu hal yang ringan.

Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Kembangkan Produk KWT Puspa Cempaka Sewu Giripurno

Dalam buku Islam dan Sekularisme, Al-Attas mengemukakan bahwa tujuan mencari ilmu adalah untuk menanamkan kebaikan ataupun keadilan dalam diri manusia sebagai seorang manusia dan individu, bukan hanya sebagai seorang warga negara maupun anggota masyarakat.

Artinya Al-Attas menggambarkan pada dasarnya tujuan mencari ilmu adalah murni untuk nilai manusia sebagai seorang manusia sejati. 

Bukan senantiasa berdasarkan kegunaannya bagi negara, masyarakat, dan dunia. Individu yang baik akan menyadari sepenuhnya tanggung jawab dirinya kepada Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. 

Lebih lanjut perlu disadari bahwa pada prinsipnya dasar filsafat pendidikan Islam adalah mencari ridho Allah SWT.

Baca juga: Giripurno; Desa Ramah nan Hangat

Wan Mohd menjelaskan lebih lanjut bahwa seorang individu yang baik (manusia sejati) akan mampu menjadi bagian masyarakat yang baik, melaksanakan pekerjaan dengan baik, mampu berperan sesuai perannya dengan baik, dan seterusnya. Sedangkan tentu perlu dipahami bahwa warga negara yang baik belum tentu mencerminkan individu yang baik.

Buku yang ditulis oleh Wan Mohd ini menjadi buku yang cukup berat untuk dibaca. Namun, keberadaannya sangat diperlukan dalam menjelaskan aspek-aspek dasar Pendidikan Islam yang datang dari salah seorang pemikir Islam, Al-Attas. 

Tentunya buku ini sangat disarankan untuk dibaca dan dipahami oleh para akademisi Islam, terutama bagi akademisi di jurusan pendidikan (pendidikan apapun fokusnya). Wan Mohd menjelaskan pemikiran Al-Attas secara gamblang sehingga meski cukup berat dibaca namun tetap bisa dipahami dengan usaha yang lebih besar. 

Tujuannya adalah agar para akademisi, pendidik, dan calon pendidik dapat merefleksikan kembali prinsip dasar tujuan pendidikan Islam dan mengembalikan ajaran Islam kembali pada khittahnya.[s]

Powered by Blogger.