Pikirlah Kemudian Tindaklah - Kuresensi Media

Pikirlah Kemudian Tindaklah

Ilustrasi. Pikirlah Kemudian Tindaklah
Gambar oleh Yerson Retamal dari Pixabay

KURESENSI MEDIA -
Banyak orang yang merasa tidak bisa melakukan suatu hal. Kepercayaannya kandas ketika dihadapkan pada bayang-bayang tugas yang akan diemban. 

Tapi, apa benar demikian? Atau mungkin hanya perihal ketakutan tanpa dasar karena belum pernah mencoba melaluinya. 

Melalui kisah hidup saya, saya ingin mencoba mengulas ketidakmungkinan yang bisa jadi hanya sebuah anomali bayang dalam hidup yang selalu membuat kita urung melangkahkan kaki lebih jauh.

Saya termasuk orang dengan kepribadian ganda. Dimana dalam diri saya, terkandung sikap introvert (pendiam) sekaligus ekstrovert (rame). 

Baca juga: Refleksi Hari Kasih Sayang

Tapi sejatinya sampai detik ini, saya pribadi masih meyakini ke-introvert-an lebih mendominasi alam sikap saya yang terus berseteru menguasai tubuh ini.

Sikap Introvert pada Diri Saya Muncul Ketika Beberapa Hal Menemui Saya

Pertama adalah keadaan rame bersama orang yang tidak terlalu saya kenal. Saya enggan memulai percakapan atau interaksi sosial dengan orang lain apabila tidak merasa butuh berinteraksi. 

Dalam hal ini, saya menganggap diri saya tidak terlalu ramah. Hal ini saya tinjau berdasarkan pribadi saya yang jarang melakukan kontak sosial dengan orang yang tak dikenal dan tak terlalu butuh. 

Kedua, saya tidak menyukai percakapan bertele-tele. Ketika rapat misalnya, jika kondisi rapat lebih cenderung pada ngobrol kosong menjauhi tema rapat yang ada. 

Baca juga: Tips Membuat Power Point yang Menarik

Maka sifat malas ngomong saya kembali mencuat. Serasa ingin segera meninggalkan keramaian itu lantas menyendiri dengan alunan suara angin di pinggir sawah. Tenang rasanya.  

Ketiga, ketika merasa tidak berkompeten. Pada saat merasa tidak berkompeten, saya akan diam. 

Pada saat itu bahkan – misalnya dalam perkuliahan – tak akan terpikir pertanyaan untuk ditanyakan karena ketidaksanggupan menangkap materi yang ada. Maka pada waktu itu juga muncul sikap introvert yang melebihi satu sikap lainnya.

Memiliki Sifat Ekstrovert yang Muncul Menghabisi Kesepian Pribadi dalam Sisi Introvert

Pertama, saya merasa butuh. Dalam keadaan tertentu ketika saya merasa butuh untuk berbicara. Maka saya akan berbicara. 

Baca juga: Pekerjaan Daring yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Dalam suatu tes misalnya, saya pernah mengikuti tes masuk kedinasan dengan ribuan peserta yang tidak saya kenal. 

Dari situ saya merasa perlu mencari teman ngobrol untuk sekedar tidak kelihatan sendiri. Saat itu jiwa ekstrovert saya mengembang, menciutkan nyali pendiam dalam diri ini. 

Kedua, gengsi. Ketika saya menjadi bagian suatu golongan, dimana golongan tersebut ditawari melakukan sesuatu (menanya misalnya). Dalam hal ini ketika tak ada satupun yang bertanya, maka saya akan cenderung segera menyiapkan pertanyaan. 

Karena hal ini menyangkut gengsi dan harga diri golongan saya. Pada saat itu saya merasa harus bertanya.

Baca juga: Jangan Bercanda Berlebihan saat 3 Kondisi Ini

Ketiga, nyaman. Ini keadaan yang mungkin tidak hanya dialami saya. Pasti setiap orang, ketika nyaman dengan satu titik, maka dia akan cenderung meluapkan segala emosinya tanpa pandang tempat. 

Saya pernah mengalaminya dan merasa menjadi seseorang yang berbeda daripada saya biasanya yang cenderung kurang ngomong.

Dari Sedikit Kisah Bivert Saya

Saya mengambil kesimpulan bahwa kita bisa menjadi apa saja yang kita mau. Karena menjadi ciut itu terjadi ketika kita tidak memiliki sesuatu untuk diperjuangkan atau suatu yang menyamankan.

Ketika kita berusaha memperjuangkan sesuatu kita akan melihat jalan terang menuju titik ujung juang kita. Memang benar seperti kata Nelson Mandela, “it always seems impossible until it's done”. 

Baca juga: 3 Hal Kecil yang Bisa Bikin Dia Marah

Bahwa suatu hal terlihat tak mungkin bisa dikerjakan jika kita hanya memikirkannya. Sesuatu yang masih dalam alam pikiran memang takkan bisa menjadi kenyataan. 

Maka ketika kamu menginginkan sesuatu kejarlah, karena disana ada jalan yang akan menghabisi segala ketidakmungkinan. Kita harus tahu bahwa Allah selalu menyertai kita. Jangan sampai putus harapan hanya karena memikirkan sesuatu yang seharusnya dikerjakan.

Meski dalam hal ini tetap harus berpikir sebelum bertindak. Namun pikir tanpa tindak pun juga suatu dusta. Maka pikirlah kemudian mulai kerjakan. Wallahu a’lam bishawab.[s]

Powered by Blogger.