Resensi Buku The Psychology of Money, Pelajaran Tentang Kekayaan - Kuresensi Media

Resensi Buku The Psychology of Money, Pelajaran Tentang Kekayaan

Ilustrasi. Resensi Buku The Psychology of Money, Pelajaran Tentang Kekayaan
Ilustrasi resensi buku The Psychology of Money

KURESENSI MEDIA -
Pada kesempatan ini kuresensi menyajikan resensi mengenai buku keuangan terbaik dan paling orisinil menurut Jason Zweig dari The Wall Street Journal. 

Hal yang menarik bagi kuresensi untuk membuat resensinya adalah buku ini menjadi salah satu buku international bestseller yang telah diterjemahkan ke dalam 26 bahasa. Termasuk diantaranya bahasa Indonesia. 

Buku ini berkisah mengenai pembelajaran tentang harta dan kekayaan, ketamakan dalam mengelola harta, dan kebahagiaan. Buku tersebut adalah The Psychology of Money yang ditulis oleh Morgan Housel.

Kalau berbicara mengenai uang tentu akan sangat menarik dan hampir semua orang merasa membutuhkan uang. Sudah menjadi kebutuhan umum dan hampir semua aktivitas sehari-hari selalu berhubungan dengan uang. 

Baca juga: Golkar Institute Adakan Essay Competition Berhadiah Puluhan Juta

Hakikat manusia adalah bekerja, dan saat ini semua aktivitas pekerjaan selalu disangkut pautkan dengan uang. Meski seharusnya tidak semua pekerjaan disangkut pautkan dengan uang.

Sebuah Pengalaman

Morgan Housel memulai buku ini dengan pengalamannya bekerja part time sebagai seorang valet di salah satu hotel kota Los Angeles saat menempuh masa kuliahnya. Morgan mendapati seorang tamu langganan yang begitu genius. 

Karena kejeniusannya, tamu itu merupakan salah satu perancang dan mematenkan komponen penting router WiFi ketika berumur 20 tahun. Tetapi sikapnya terhadap keuangan sangat tidak patut dicontoh. 

Dia begitu angkuh dan mempertunjukan gaya hidup yang arogan sehingga tidak lama setelahnya mengalami kebangkrutan.

Baca juga: Mengapa Penting Memanajemen Waktu? Simak Penjelasan Yusuf Qardhawi

Salah satu contoh arogannya dalam hal keuangan seperti meminta koleganya untuk membeli koin emas sebanyak 1000 dollar. Kemudian koin itu dilempar-lemparkan ke laut, dan dia melakukan itu hanya untuk kesenangan. 

Suatu ketika, ia pernah memecahkan lampu seharga 500 dollar. Dan dengan arogannya, dia memarahi manajer dan memberi ganti rugi sebanyak 5000 dollar.

Dalam kisah tersebut, Morgan melalui buku The Psychology of Money hendak mengatakan bahwa mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan. Tetapi lebih banyak berhubungan dengan perilaku. 

Morgan menggarisbawahi tentang perilaku, dimana perilaku sukar diajarkan bahkan kepada orang jenius sekalipun.

Baca juga: Mau Lanjut S2, Simak 4 Universitas yang Buka Pendaftaran Semester Genap

Ronald Read VS Richard Fuscone

Kemudian Morgan mengisahkan dua hal yang saling berlawanan. Seorang biasa saja yang terus bekerja, hidup bersahaja, dan tiba-tiba menjadi seorang filantropis dengan seorang ahli bisnis yang bangkrut karena perilakunya. 

Pertama, Ronald James Read – seorang biasa saja yang bekerja sebagai petugas kebersihan dan penjaga pom bensin asal Amerika. Mendengar pekerjaannya, tentu anda juga akan berpikir bahwa Read adalah orang yang biasa saja dan sulit melakukan hal besar.

Ronald Read bekerja memperbaiki mobil di pom bensin selama 25 tahun dan menyapu lantai JCPenney selama 17 tahun. Dia membeli dua kamar seharga 12000 dollar dan dia tinggal di sana hingga meninggal. 

Dia tinggal di sana bersama istrinya. Ronald Read tak pernah masuk berita internasional, sampai sepeninggalnya barulah Read masuk berita internasional. 

Baca juga: Resensi Anime Bluelock: Sepak Bola dan Ambisi Proyek Gila

Tahun 2014, hampir 3 juta orang Amerika meninggal dan tak sampai empat ribu orang yang memiliki harta di atas 8 juta dollar ketika meninggal. Ronald Read adalah salah satunya.

Ronald Read mewariskan harta 2 juta dollar kepada anak tirinya dan 6 juta dollar lebih kepada rumah sakit dan perpustakaan setempat. Tentu orang yang mengenal Read merasa kaget mengingat hidupnya yang begitu sederhana. Tidak ada rahasia lain, selain dirinya selalu menabung puluhan tahun.

Sedangkan, Richard Fuscone memiliki kehidupan yang berbeda dari Ronald Read. Fuscone menjadi salah satu ahli bisnis terkemuka. Bahkan majalah bisnis Crain’s pernah memasukkannya dalam salah satu daftar pebisnis sukses “40 di bawah 40”. 

Kemudian segalanya ambyar, seketika Fuscone pada pertengahan 2000-an meminjam banyak uang untuk memperluas rumahnya di Greenwich. Rumah yang biaya pemeliharaan bulanannya sangat besar. Kemudian krisis 2008 menghancurkan segalanya. Aset Fuscone habis dan mengalami kebangkrutan.

Baca juga: Ulasan Film Horor “Qodrat” Menurut Perspektif Islam

Dari dua kisah ini, Morgan hendak menjelaskan bahwa pendidikan dan pengalaman tidak serta merta menjadi penyebab suksesnya kehidupan seseorang ditinjau dari segi ekonomi. Meski begitu, hal ini adalah kejadian satu banding seribu yang akan sangat sulit terjadi di kehidupan orang lain. 

Morgan ingin menyampaikan pesan bahwa kehidupan seseorang selalu diliputi keberuntungan dan resiko. Sesekali kita memperoleh keberuntungan dan kadang pula mendapatkan resiko.[s]

Sumber:

The Psychology of Money/Morgan Housel; Penerjemah: Zia Anshor, Penyunting: Dien Cahaya, - Tangerang Selatan: PT Bentara Aksara Cahaya; 2021

https://www.gramedia.com/best-seller/resensi-buku-the-psychology-of-money-by-morgan-housel/

Powered by Blogger.