Gambar oleh Elisa dari Pixabay
KURESENSI MEDIA – Masyarakat sering menganggap orang yang pintar matematika cerdas. Padahal tidak hanya orang yang pintar matematika yang dapat dikatakan cerdas. Jadi seperti apa orang yang cerdas?
Mengutip kalimat yang dikeluarkan oleh salah seorang filsuf Yunani yang begitu masyhur, Socrates yakni,“I know that I am intelligent, because I know that I know nothing.”
Socrates menganggap bahwa dirinya seorang cerdas bahkan jenius. Hipotesisnya didukung dengan kalimat selanjutnya yang menyatakan bahwa Socrates tidak tahu apa-apa.
Dalam pandangan Sokrates orang cerdas justru orang yang memahami dengan baik bahwa diri sendiri tidak mengetahui apa-apa.
Jadi mana yang benar-benar cerdas? Sebelum membahas teori kecerdasan mari kita mengutip suatu ayat dalam Kitab Injil Yohanes ayat 1,”En arche en ho logos.” Kalimat tersebut dapat diartikan pada awalnya adalah yang terbaca dan menjadi pengetahuan.
baca juga: How to Get a Scholarship, A Comprehensive Guide to Funding Your Education
Dalam buku Kecerdasan Semiotik, Yasraf Amir Piliang dan Audifax mengatakan bahwa kalimat tersebut adalah penjelasan tentang awal terbentuknya alam semesta, yang sejatinya merupakan logos atau rangkaian tanda yang terbaca dan menjadi pengetahuan bagi umat manusia.
Pada dasarnya kecerdasan tidak lepas dari kemampuan individu seseorang dalam membaca berbagai tanda di kehidupan dan menjadikannya pengetahuan.
Mereka yang cerdas, menggunakan pengetahuan bagi kelangsungan dan perkembangan hidupnya. Charles Darwin menunjukkan bahwa makhluk hidup mengembangkan pembacaan atas situasi untuk mengatasi masalah kebertahanan hidup.
Bentuk mencari solusi atas suatu permasalahan tergantung kecerdasan seseorang atau kemampuan membaca dan mengolah tanda. Teori tentang kecerdasan kemudian digeneralisasikan kepada manusia di dalam studi mengenai kecerdasan.
baca juga: 3 Jenis Istirahat yang Wajib Kamu Praktikkan saat Merasa Capek, Butuh Healing, dan Mentok Ide
Pengajaran mengenai kecerdasan umumnya mendalami mengenai kapasitas manusia dalam membaca berbagai bentuk tanda semacam numeric, kata-kata, gambar, suara, gerak alam, dan banyak lagi.
Kecerdasan matematika termasuk dalam potensi kecerdasan manusia yang membuktikan bahwa seseorang mampu membaca simbol-simbol numerik dengan baik.
Begitu pula dengan Socrates yang telah mempelajari banyak hal tentang keadaan alam, Socrates memahami bahwa semakin banyak belajar semakin sadar lebih banyak lagi hal yang belum diketahui.
Seorang pakar dalam studi kecerdasan, Linda Gottfredson mengatakan bahwa kecerdasan adalah bagian dari studi psikologi yang banyak menimbulkan kontroversi.
baca juga: Kemendikbud Buka PPG Prajabatan 2023, Warganet Pertanyakan Nasib Alumni PPG Gelombang Sebelumnya
Misalnya kontroversi dan perdebatan mengenai teori kecerdasan majemuk yang ditemukan oleh Howard Gardner, terutama seputar kelayakan komponen-komponen yang diklaim teori itu sebagai kecerdasan.
Kecerdasan tetap memiliki banyak ragam. Ada IQ, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan majemuk, dan beberapa lagi.[s]
Sumber: Buku Kecerdasan Semiotik Melampaui Dialektika dan Fenomena karya Yasraf Amir Piliang dan Audifax